Hubungan Sayyidina Ali Dengan Agama Aliran Syi'ah

 
Sayyidina Ali Kw. adalah anak angkat dan merupakan salah satu menantu Rasulullah Saw. Beliau adalah suami Siti Fatimah az-Zahra, ayah dari al-Hasan dan al-Husin Sayyidaa Syabaab Ahlul Jannah (Penghulu Pemuda Ahli Surga). Ayah beliau adalah Abu Thalib bin Abdul Muttalib, salah seorang paman Rasulullah Saw. yang juga menjadi ayah angkat baginda Rasulullah Saw. Abu Thalib sangat berjasa kepada Rasulullah Saw. terutama dalam menghadapi kaum kafir Quraisy.

Nama asli Abu Thalib adalah Abdu Manaf. Tapi oleh karena putra sulungnya bernama Thalib, maka beliau mendapat panggilan Abu Thalib, yang artinya ayahnya Thalib. Adapun ibu Sayyidina Ali Kw. adalah Fatimah binti Asad Ra. Beliau termasuk orang-orang yang ikut hijrah ke Madinah. Fatimah binti Asad juga merupakan ibu angkat Rasulullah Saw., sebab sebagaimana kita ketahui bahwa sejak ibu kandung Rasulullah Saw. Wafat, saat Rasulullah Saw. masih berumur enam tahun, maka Fatimah binti Asad lah yang menjadi pengganti ibunya. 
Oleh karena itu, Rasulullah Saw. merasa sangat sedih pada saat ibu angkatnya itu meninggal.

Pada waktu pemakamannya, telah terjadi satu peristiwa yang tidak biasa dilakukan oleh Rasulullah Saw. Dimana saat itu Rasulullah Saw. ikut turun ke dalam kuburnya. Kemudian beliau merebahkan badannya di sebelah ibu angkatnya, seraya berdo’a dan dengan penuh harapan agar ibunya itu tidak sampai dihimpit (dijepit) oleh tanah.

Demikian Fatimah binti Asad Ra. ibu Sayyidina Ali Kw., sampai sekarang makamnya selalu diziarahi oleh banyak orang di permakaman Baqi di Madinah. Dalam buku-buku sejarah yang ditulis oleh ulama-ulama Ahlussunnah, Sayyidina Ali Kw. dikenal sebagai seorang pahlawan yang gagah berani yang selalu mendampingi Rasulullah Saw. Beliau dikenal sebagai seorang Mujahid yang ditakuti oleh lawan-lawannya. Seorang yang telah mengalahkan pendekar-pendekar Kuffar, seperti Amr bin Abdi Wud, Mirhab dari Khaibar serta pendekar-pendekar Kuffar yang lain yang tidak terhitung banyaknya.

Dalam kehidupan sehari-hari, Imam Ali dikenal sebagai orang yang wara’ (sangat berhati-hati dalam masalah hukum syariat), serta dikenal sebagai orang yang taat beribadah. Hal ini sesuai dengan kesaksian Siti Aisyah Ummul Mu’minin, dimana beliau pernah berkata bahwa dari orang laki-laki yang paling dicintai Rasulullah Saw. adalah suami Fatimah Ra. Seorang yang menurut Siti Aisyah, sebagai orang yang tekun melakukan shalat dan puasa. Sayyidina Ali Kw. juga dikenal sebagai orang yang alim, yang menguasai berbagai ilmu agama. Rasulullah Saw. pernah bersabda: “Saya adalah kotanya ilmu dan Ali adalah pintunya.”

Disamping sifat-sifat mulia itu semua, Sayyidina Ali Kw. adalah salah seorang Ahlul Bait yang telah disucikan sesuci-sucinya oleh Allah Swt. Allah Swt. berfirman:

انما يريد الله ليذهب عنكم الرجس اهل البيت ويطهركم تطهيرا ) الاحزاب : 33(


“Sesungguhnya Allah hendak menghapuskan segala noda dan kotoran (dosa) dari kalian Ahlul Bait dan berkehendak mensucikan kalian sesuci-sucinya.” (QS. Al-Ahzab ayat 33)

Selain mendapatkan keistimewaan dan keutamaan yang diberikan oleh Allah Swt. kepada Ahlul Bait, Sayyidina Ali Kw. juga mendapat keistimewaan-keistimewaan yang diberikan oleh Allah kepada para sahabat. Hal mana karena beliau disamping sebagai Ahlul Bait, beliau juga termasuk sahabat Rasulullah Saw. Beliau adalah orang yang dicintai oleh Allah dan RasulNya serta dicintai oleh setiap Mu’min. Hal ini dikuatkan oleh keterangan Rasulullah Saw. dimana menjelang perang Khaibar beliau berkata kepada para sahabat: “Besok aku akan memberi (menyerahkan) bendera kepada seorang yang mencintai Allah dan RasulNya serta dicintai oleh Allah dan RasulNya.”

Ternyata besoknya yang diberi bendera adalah Sayyidina Ali Kw. sang pahlawan yang ditakuti oleh lawan-lawannya. Dalam sahih Bukhari juga disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda kepada Sayyidina Ali Kw.:

( البخارى أنت منى وأنا منك(


“Engkau sebagian dari aku dan aku sebagian darimu.” (HR. Bukhari)

Kemudian Rasulullah saw juga pernah bersabda:

( مسلم وترمذى لا يحبك الا مؤمن ولا يبغضك الا منافق )

“Tidaklah mencintaimu kecuali seorang Mu’min. Dan tidaklah membencimu kecuali seorang Munafiq.” (HR. Muslim dan Tirmidzi )

Pernah terjadi, satu ketika Rasulullah Saw. sedang duduk-duduk di masjid bersama para sahabat. Ruangan itu penuh sesak hampir tidak ada tempat lagi bagi orang yang baru datang. Mereka dengan khusyu’ mendengarkan petuah-petuah Rasulullah Saw. Bagaikan ada burung yang hinggap di atas kepala mereka. Begitulah akhlak anak-anak didik Rasulullah Saw.

Dalam suasana yang demikian itu tiba-tiba muncul Sayyidina Ali Kw. Dan seperti biasanya beliau langsung mencari tempat duduk. Tapi rupanya saat itu ruangan masjid benar-benar penuh. Pada saat Sayyidina Ali Kw. melihat ke kanan dan ke kiri mencari tempat, tiba-tiba Sayyidina Abu Bakar Ra. yang duduk di sebelah Rasulullah Saw. bergeser-geser dan sambil memberi isyarat memanggil Sayyidina Ali Kw. untuk duduk di antara dirinya dan Rasulullah Saw.

Melihat apa yang dilakukan oleh Sayyidina Abu Bakar tersebut, Rasulullah Saw. segera menoleh ke Sayyidina Abu Bakar Ra. dan berkata:

لا يعرف الفضل لاهل الفضل الآ اهل الفضل

“Tidaklah mengetahui keutamaan bagi orang yang utama terkecuali orang yang utama.”

Demikianlah para sahabat, mereka saling kasih sayang dan saling hormat menghormati. Dapat kita lihat bagaimana cara Sayyidina Abu Bakar Ra. memberi tempat kepada Sayyidina Ali Kw. Bukannya dia yang memilih mendekat ke Rasulullah Saw. tapi beliau justru memberi kesempatan kepada Sayyidina Ali Kw. untuk duduk di sebelah Rasulullah Saw.

Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang sangat baik dan saling menghormati antara Sayyidina Ali Kw. dengan para sahabat. Karenanya kami tidak sependapat dengan golongan Syi’ah yang suka menggambarkan seakan-akan Sayyidina Ali Kw. itu dimusuhi para sahabat. Sebab jelas sekali bahwa pendapat yang demikian itu tidak didukung oleh bukti-bukti yang akurat. Tujuan mereka hanya akan menyerang dan menjelekkan para sahabat. Padahal akibatnya justru dapat mendiskreditkan Sayyidina Ali Kw.

Benar apa yang pernah disampaikan oleh Rasulullah Saw. bahwa kelak akan ada satu golongan yang sepintas lalu seakan-akan mencintai Ahlul Bait dan tanda-tanda mereka suka mencaci maki Abu Bakar dan Umar. Kalau mereka itu benar-benar mencintai Sayyidina Ali Kw., maka semestinya mereka harus mengikuti Sayyidina Ali Kw. Tapi kenyataannya mereka itu justru tidak suka mengikuti apa-apa yang dikerjakan dan diajarkan oleh Sayyidina Ali Kw.

Sebagai contoh, lihat cara mereka memperingati hari Asyura. Samakah dengan apa yang dikerjakan oleh Sayyidina Ali Kw.? Mengenai hari Asyura tersebut, kami akan bahas tersendiri.

Diantara keistimewaan Sayyidina Ali Kw. adalah bahwa beliau itu tidak pernah sujud kepada berhala. Itulah sebabnya para ulama dalam menyebut nama beliau selalu ditambah dengan kata “Karromallahu Wajhahu” dan dalam tulusan-tulisan sering disingkat dengan Kw.

Dalam buku-buku sejarah disebutkan bahwa beliau lahir di Ka’bah. Dimana di saat ibunya sedang berada di dekat Ka’bah tiba-tiba merasa akan melahirkan. Beliau segera masuk ke dalam Ka’bah dan tidak beberapa lama lahirlah seorang bayi laki-laki yang kemudian diberi nama Ali.

Sebenarnya, waktu lahir beliau diberi nama Haidarah oleh ibunya, tapi kemudian diganti Ali oleh ayahnya.

Adapun mengenai wafatnya Sayyidina Ali Kw., maka semua ahli sejarah menyatakan bahwa Sayyidina Ali Kw. wafat di kota Kufah. Beliau dipukul dengan pedang oleh Abdurahman bin Mul’jam, seorang yang asalnya Syi’ah yang kemudian berkhianat gara-gara Sayyidina Ali Kw. berdamai dengan Muawiyah.

Yang disayangkan adalah makam Sayyidina Ali Kw. tidak diketahui dengan pasti. Rupanya waktu itu oleh keluarganya dirahasiakan, sebab takut dari orang-orang Khawarij yang dikhawatirkan akan menggali makam beliau. Begitu pula mungkin takut dari pengikut-pengikut Ibin Saba’ (orang-orang Syi’ah) yang selalu mengkultuskan beliau, bahkan saat itu ada yang menganggapnya sebagai Tuhan.

Tapi yang aneh, orang-orang Syi’ah sekarang beranggapan bahwa makam Sayyidina Ali Kw. berada di kota Najaf di Irak. Padahal jarak antara Kufah dengan Najaf lebih kurang tujuh puluh kilometer dan saat itu untuk membawa jenazah beliau ke Najaf akan memakan waktu berhari-hari. Jadi tidak mungkin makam itu merupakan makam Imam Ali.

Karenanya tidak ada ulama Sunni yang mengatakan bahwa itu adalah makam Sayyidina Ali Kw. Jika makam yang ada di Najaf itu benar-benar makam Sayyidina Ali Kw., pasti yang lebih tahu adalah keturunan Sayyidina Ali Kw., yaitu para Habaib. Tapi kenyataannya tidak satu orangpun dari para Habaib yang mengatakan dan mengakui bahwa itu adalah makam Sayyidina Ali Kw.

Adapun mengenai makam yang ada di Najaf tersebut, maka menurut beberapa ulama, bahwa makam tersebut adalah makam Mughirah bin Syu’bah. Tapi oleh pengikut-pengikut Ibn Saba’, makam itu disulap menjadi makam Imam Ali. Rupanya mereka menyesal, setelah diantara mereka ada yang membunuh Sayyidina Ali Kw. Karenanya dalam usahanya menutupi perbuatan mereka yang biadab itu dibuatlah tempat untuk memuja Sayyidina Ali Kw. dan sekaligus sebagai tempat untuk menyesali perbuatan mereka.

Selanjutnya untuk menguatkan pendapat mereka tersebut oleh ulama-ulama Syi’ah dibuatkan hadits-hadits palsu dengan mencatut nama Imam Ja’far ash-Shadiq Ra.

Previous
Next Post »